Mode Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Pada Fase Mekkah
Sejak Nabi Muhammad SAW bekerja sebagai
penyebar agama, pandangan dan pertimbangannya mengenai orang, peristiwa dan
pemerintah didasarkan kepada wahyu Allah. Wahyu tersebut digunakan sebagai
landasan inspirasi perjuangan untuk melawan ordo ketimpangan, penindasan yang
dibangun masyarakat arab pada waktu itu. Sebagai Nabi revolusioner, Muhammad
SAW berjuang diatas kebenaran, kebesaran jiwa demi legalitas social, dengan
Muhammad SAW diutus untuk membebaskan manusia dari penndasan, intimidasi,
pelecehan kemanusiaan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh para penindas.
Muhammad
saw dilahirkan (tahun 570 M. menurut ahli sunah). Beliau dikenang dan dikenal
karena akhlaknya yang baik dalam memimpin, baik sebagai Nabi maupun sebagai
pemimpin Negara. Walaupun terjadi pertentangan antara Nabi dan masyarakat
mekkah pada waktu itu, namun beliau tetap teguh dalam menghadapi berbagai
rintangan dan tantangan sehingga menjadikan beliau menjadi pribadi yang kuat
dan tangguh serta konsisten dalam dakwahnya.
Para
kaum bangsawan penindas merasa heran melihat seorang lemah dan miskin, seperti
anak yatim, budak, pekerja kasar rendahan, bisa tampil menjadi seorang Nabi
revolusioner. Meskipun begitu nabi Muhammad SAW tetap tidak putus asa dan terus
berjuang bersama para tertindas, orang miskin, dan anak yatim, yang membuktikan
bahwa nabi Muhammad SAW berjuang bukan untuk mendapatkan kesenangan, tetapi
untuk membebaskan manusia dari belenggu ketamakan dunia, kejahatan, penindasan,
dan kesewenang-wenangan kaum bangsawan Mekkah. Hal tersebut membuktikan bahwa
sebagai pemimpin Muhammad SAW tidak membela kepentingan berdasarkan kemampuan
ekonomi, tetapi untuk semua manusia yang tertindas, terintimidasi dan untuk
orang miskin.
Walaupun
nabi Muhammad SAW muda lahir dari keluarga yang baik-baik dan terhormat
dikalangan bangsawan Mekkah pada waktu itu, namun nasib membawa beliau harus
hidup menderita karena ditinggal ayah dan ibunya. Tetapi berbagai pengalaman
pahit tidak membuat Muhammad menjadi manusia yang lemah sikap dan
kepribadiannya. Penderitaan yang dialami Muhammad menjadi penempa diri dan
pengalaman penting dalam sejarah kehidupannya. Diantara pengaruh yang
ditimbulkan dari pengalaman masa lalunya adalah sikap tanggung jawab, jujur,
adil, dan bijaksana, teguh pendirianan tidak mudah terpengaruh oleh perbuatan
masyarakat disekitarnya pada waktu itu.
Beliau
juga mempunyai kecerdasan untuk memecahkan berbagai permasalahan sulit yang
dihadapi, selain itu beliau juga dijuluki sebagai Al Amin dimana beliau
terkenal sebagai kesatria yang teguh memegang janji, santun, baik kepada
tetangga serta menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak baik, rendah hati,
dermawan, dan pemberani. Sebelum diangkat menjadi rasul Allah Muhammad
mempunyai keteguhan, keteguhan yang tidak di miliki oleh pemuda sebayanya.
Keteguhan tersebut dapat dicermati dari sejarah kehidupannya yang enggan bahkan
tidak terpengaruh oleh kebisaaan dan keyakinan bangsa Arab waktu itu.
Muhammad
saw dalam dakwahnya mengedepankan pendekatan yang efektif, menggunakan
argumentasi, akal sehat, tanpa ada unsur paksaan, tetapi lebih mengedepankan
unsur kasih saying dan penuh cinta. Begitu juga dalam menyebarkan dakwah Islam
Muhammad saw tidak pernah memaksa masyarakat Mekah untuk memeluk Islam, tidak
ada dalam catatan sejarah Muhammad saw memaksa masyarakat Mekah untuk masuk
Islam, karena dalam ajaran Islam tidak mengajarkan pemaksaan dalam beragama.
Muhammad mengajarkan agama berdasarkan wahyu dari Allah, dan wahyu tersebut
menjadi landasan dalam menyebarkan dakwah Islam kepada masyarakat Mekah. Dari
sudut pandang manajemennya kepemimpinan pemaksaan terhadap bawahan hanya akan
membuka peluang permusuhan.
Muhammad
saw bertindak sesuai dengan petunjuk dan prinsip wahyu Allah, dakwah islam yang
dilakukan di Mekah adalah atas petunjuk Allah. Dalam awal startegi dakwahnya
,Muhammad saw mendakwahi orang-orang yang ada di sekitarnya, seperti sitrinya,
Khadijah, anak pamannya Ali bin Abi Thalib, dan orang-orang terdekatnya,
kemudian dilanjutkan kepada masyarakat secara luas terutama kepada para pemimpin
dan pemuka masyarakat Mekah Qurais.
Langkah
dakwah yang dilakukan Muhammad saw memberi kesan kehebatan dalam strategi
seorang pemimpin, kehebatan tersebut dapat dicermatai dari cara dakwah Muhammad
saw yang tepat. Tidak itu saja, setelah dakwah secara sembunyi sembunyi,
Muhammad saw membuat semacam tempat/ markas untuk mengatur strategi dakwah dan
pendidikan para pengikutnya. Setelah mempunyai pengikut tentu perlu tempat
untuk pertemuan, pengkaderan dan musyawarah untuk mengatur strategi dakwah dan
perjuangan menegakkan agama Islam.
Kepemimpinan
Muhammad saw di Mekah lebih difokuskan kepada pembentukan karakter kepribadian,
penguatan keimanan, dan pendidikan. Pengkaderan yang dilakukan oleh Rasulullah
merupakan langkah yang tepat sebelum melakukan ekspansi dakwah ke luar, karena
pengkaderan dan pendidikan kejiwaan kepada para pengikutnya merupakan strategi
utama dalam membangun kesolidan pasukan. Muhamad saw menyadari bahwa kesolidan
dan kesatuan anggota samgat penting dalam mendukung dan memperkuat suatu tujuan.
Pengkaderan yang dilakukan Muhammad saw adalah berdasarkan wahyu Allah yang
turun di Mekah, kesemuanya secara umum berisi tentang ketauhidan, kewajiban
social terhadap sesama, dan tentang tanggung jawab masing- masing individu
dihadapan Allah.
Kepemimpinan
Muhammad saw terlihat jelas tatkala mengetahui bahwa pengikutnya mendapat
tekanan, intimidasi dan penyiksaan yang dilakukan. Sehingga sebagai pemimpin
Muhamad saw tidak akan tinggal diam.
Mode Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Pada Fase Madinah
Di Yatsrib (Madinah) Muhammad saw
memfokuskan pembinaan dalam bidang keimanan, kedua pendidikan ibadat, ketiga
pendidikan akhlak, keempat pendidikan, kesehatan jasmani, kelima pendidikan
kemasyarakatan. Pengakderan dan pendidikan yang
dilakukan oleh Muhammad saw di Yatsrib lebih mendalam dan komplek meliputi
berbagai aspek kehidupan. Hal ini dilakukan karena kebutuhan yang lebih besar
dan permasalahan yang lebih komplek.
Langkah yang
dilakukan oleh Muhammad saw adalah sebuah langkah politis untuk mengarahkan masyarakat
Madinah dalam satu tujuan utama yaitu membentuk Negara yang tunduk kepada
aturan hukum, bukan Negara yang tunduk kepada kelompok atau tunduk kepada
kepala-kepala kabilah tertentu.
Usaha mendirikan
Negara Madinah merupakan eksperimen Muhammad saw untuk mengejawantahkan
kehidupan Islam yang bersumber dari wahyu Allah. Berdasarkan prinsip Al-Quran
Muhammad saw memulai pengembangan politiknya dengan menggalang kerjasama dengan
semua kelompok yang ada di Madinah, termasuk di dalamnya kaum Yahudi. Kerjasama
tersebut dapat dicermati dengan lahirnya piagam Madinah.
Sebagai kepala pemerintahan Muhammad
saw membentuk tentara dan membuat aturan tentang peperangan. Nabi Muhammad saw
cepat tanggap terhadap kedudukannya sebagai kepala Negara, kesigapan tersebut tercermin
dari kebijakannya yang segera membuat aturan–aturan yang memungkinkan kedamaian
dan ketentraman terwujud di Madinah.
Secara umum kepemimpinan Rasullulah saw
di Madinah sukses, kesuksesan tersebut dapat dipahami dari keberhasilan
Rasulullah saw membangun masyarakat tunduk kepada hukum. Masyarakat majemuk
yang hidup rukun dan damai dalam bingkai keislaman.